Indeks
Ragam  

Mengenal Lom Plai, Tradisi Pesta Syukur Panen di Masyarakat Adat Wehea Kutim

Mengenal Lom Plai, Tradisi Pesta Syukur Panen di Masyarakat Adat Wehea Kutim
Lom Plai, tradisi pesta syukur panen di Masyarakat Adat Wehea Kutim. (istimewa)

KUTAI TIMUR – Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur (Kutim) menggelar Pesta Adat dan Budaya Wehea Lom Plai, Sabtu (20/4/2024). Lom Plai merupakan pesta syukur panen padi yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat adat Wehea setiap tahun. 

Lom Plai adalah kegiatan bersama 6 desa di kawasan Wehea. Enam desa itu adalah Desa Liaq Leway, Desa Bea Nehas, Desa Nehas Liang Bing, Desa Long Wehea, Desa Diaq Lay dan Desa Dea Beq.

Sabtu kemarin merupakan acara puncak Lom Plai atau juga dikenal dengan sebutan  Bob Jengea. Pada puncak acara ini digelar kegiatan Tiaq Diaq Jengea, ritual di mana warga turun ke pondok darurat di tepi Sungai Wahau. 

Makna sesungguhnya dari Tiaq Diaq Jengea adalah pembersihan kampung oleh para perempuan adat Wehea. Ritual pembersihan kampung ini disebut  Embos Min. Embos Min dimaksudkan untuk membuang segala kesialan dan kejahatan yang ada di dalam kampung.

Saat mereka berjalan ke arah hulu atau hilir kampung tidak ada satu pun yang boleh melintas baik itu hewan mau pun manusia, sehingga warga masyarakat diarahkan ke tepi sungai.

Selama berada di tepi sungai, masyarakat disajikan beberapa atraksi. Antara lain Plaq Saey atau lomba dayung perahu antardesa Wehea. Diikuti oleh pria dan wanita. Lomba ini diikuti 4 desa, yaitu Desa Diak Lay, Desa Long Wehea, Desa Dea Beq dan Desa Nehas Liah Bing.

Masyarakat juga ditampilkan tarian adat oleh muda-mudi setempat dari atas rakit. Ada pula atraksi serta ritual adat Mengsaq Pang Tung Eleang di Eweang Puen atau rumah adat besar yang berada di hilir kampung.

Mengsaq Pang Tung Eleang merupakan ritual yang menjadi penanda bahwa masyarakat sudah boleh Bea Mai Min atau naik ke kampung dari jengea (pondok darurat).

Proses ritual Mengsaq Pang Tung Eleang yaitu seorang ketua adat akan disiram oleh seorang gadis, kemudian ketua adat mendahului naik dan akan diikuti oleh masyarakat.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan Pengsaq dan Peknai. Pengsaq artinya siram-siraman dan Peknai artinya pemberian arang di wajah. Orang-orang yang disirami dan diberi arang di wajahnya tidak boleh marah. Adapun aturan dalam pengsaq dan Peknai adalah tidak boleh menyirami atau memberi arang pada wajah orang yang memiiki bayi atau memberi arang pada wajah orang yang sakit. (xl)

Exit mobile version