JAKARTA – Dalam dua hari sejak dirilis, film “Dirty Vote” telah tembus lebih dari enam juta penonton. Film dokumenter yang disutradarai jurnalis bernama Dhandy Dwi Laksono ini memotret perjalanan Pemilu 2024 dan dugaan kecurangan yang terjadi.
Film ini menjadi perbincangan banyak masyarakat hingga para tokoh politik di tengah-tengah masa tenang Pemilu 2024. Banyak prokontra yang terjadi di berbagai platform sosial media.
Berbagai respon datang, mulai dari TKN 02 Prabowo-Gibran yang merespon sebagian isinya banyak dan fitnah, hingga apresiasi datang dari mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla yang menyatakan bahwa film ini baru mengungkap 25 persen kecurangan pemilu.
Dirty vote menampilkan tiga ahli tata hukum negara, yakni Zainal Arifin Mochtar, Feri Amsari, dan Bivitri Susanti.
Dalam wawancara eksklusifnya di kanal Youtube Indonesia Bar, Dhandy mengatakan ide pembuatan film ini berawal dari kegelisahannya melihat kondisi proses Pemilu 2024. Di antaranya para Menteri yabg terang-terangan melakukan kampanye, pembagian bansos hingga puncaknya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia calon presiden dan wakil presiden.
“Setiap hari melihat berita itu, kok kayaknya kayaknya kita jadi hancur standar normalnya, konflik kepentingan yang terjadi hari ini itu sebenarnya enggak normal,” ucap Dhandy.
Dia juga membantah soal sumber dana yang didapat berasal dari salah satu kontestan pemilu. Dhandy menegaskan film ini dikerjakan secara swadaya.
“Kita modal masing-masing saja, berbagai lembaga yang ada di credit title itu bantu sumbang alat dan lainnya, jadi kita gotong-royong,” tegasnya.
Dalam proses kreatifnya, Dhandy dan timnya melakukan metode riset dari berbagai sumber referensi dan memvisualisasikan data yang disampaikan tiga narasumber. (zu)