SAMARINDA – Wali Kota Samarinda Andi Harun menegaskan Islamofobia merupakan tanggung jawab bersama untuk diatasi. Islamofobia merupakan ketakutan, kebencian atau prasangka buruk terhadap Islam.
Hal ini disinggung tatkala menyambut kedatangan para delegasi dari 56 negara yang tergabung dalam organisasi internasional Organization Islamic Cooperation Culture Activity (OICCA) di Grand Ballroom Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Senin (10/7/2023) malam.
Kata dia, makin majunya globalisasi di era abad ke-21, Indonesia khususnya Samarinda sedang berhadapan langsung dengan berbagai tantangan global. Baik itu secara ekonomi maupun politik, di mana kondisi ini menurutnya sangat berdampak pada perdamaian secara sosial maupun agama.
“Kita ketahui bahwa kemajuan teknologi sangat mempengaruhi kehadiran fake news dan misinformation. Sehingga ini mempengaruhi dampak buruk baik secara perilaku dan budaya bagi para generasi muda yang akan datang,” ungkap Andi Harun.
“Kehadiran Islamofobia yang tersebar di seluruh dunia, menjadi salah satu tanggung jawab kita bersama yang harus kita atasi bersama. Baik itu dari pemangku kebijakan maupun juga generasi muda,” sambungnya.
Karena itu orang nomor satu di Kota Tepian ini sangat mengapresiasi kegiatan OICCA 2023 yang sudah terlaksana dalam beberapa hari ini. Dirinya juga menyampaikan sedikit tentang bagaimana Samarinda sebagai kota yang inklusif dengan menjunjung tinggi perdamaian, baik secara agama, budaya dan sosial.
Kata Andi Harun, Samarinda sebagai ibu kota Kaltim dan juga menjadi salah satu kawasan kota penyangga ibu kota negara (IKN) Nusantara sangat memperhatikan aspek-aspek agama, sosial dan budaya dalam hal pembangunan. Hal ini terlihat dari komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda yang turut berkontribusi lebih pada 300 bangunan masjid yang tersebar di semua daerah.
“Salah satu masjid ikonik yang kita miliki adalah Islamic Centre atau yang lebih dikenal dengan nama resminya adalah Baitul Muttaqien yang merupakan salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara dengan memiliki 7 tower dan 1 kubah besar dan terletak di seberang Sungai Mahakam,” paparnya.
Selain itu Samarinda memiliki pusat-pusat tempat ibadah yang merangkul masyarakat non-muslim. Seperti, Buddhist Center, Klenteng Thien Le Kong, dan Gereja Katedral.
“Ini adalah bentuk komitmen kami untuk menciptakan Kota Samarinda untuk lebih inklusif, partisipatif dan demkoratis. Dengan keberagaman suku, budaya dan agama, suasana Kota Samarinda terus tercipta kondusif, sehingga masyarakat selalu merasa aman dan tentram,” tegas Andi Harun. (xl)