SAMARINDA – Puluhan peserta dalam kategori tilawah tunanetra menunjukkan penampilan maksimal pada pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) XXX di Samarinda.
Koordinator Majelis Arena Tartil dan Tilawah Tunanetra MTQN XXX Yuliansyah mengatakan, sejak hari pertama pelaksanaan berjalan tanpa kendala yang berarti.
“Memang sempat ada keterlambatan teknis di hari pertama, karena kami masih beradaptasi dengan metode digitalisasi,” kata Yuliansyah.
Di Auditorium Universitas Mulawarman (Unmul), peserta terbagi dalam dua kategori yaitu cabang tilawah golongan Tartil dan tunanetra, dengan jumlah peserta sebanyak 129 orang. Rinciannya, peserta tartil putri berjumlah 40 orang, tartil putra 41 orang, peserta tunanetra laki-laki sebanyak 25 orang, dan tunanetra perempuan 22 orang.
“Setiap harinya rata-rata 12 hingga 14 peserta tartil tampil, untuk tilawah tunanetra, rata-rata 8 peserta tampil,” ujarnya.
Yuliansyah membeberkan, perkembangan teknologi melalui sistem penilaian MTQN XXX tahun 2024 sangat membantu para dewan hakim dan mengefisienkan waktu.
“Hasil penilaian ditampilkan secara transparan dan bisa dilihat melalui link. Misalnya, hasil penilaian hari ini, besok sudah bisa dilihat siapa saja peserta yang memperoleh penilaian tertinggi,” beber Yuliansyah.
Lanjutnya, peserta tunanetra yang tampil dalam kompetisi tersebut berdasarkan petunjuk teknik (Juknis) MTQ memiliki dua cara. Yang pertama, ada yang membaca dengan membawa Al-Qur’an Braille, kedua sistem dengan menyerahkan tiga hapalan (tiga makro) yang kemudian diundi 10 menit sebelum tampil untuk dipilih salah satunya untuk dibacakan.
“Kebanyakan peserta tunanetra tampil dengan menggunakan metode hapalan. Yang membawa Al-Qur’an Braille hanya beberapa orang saja,” ucapnya.
Terakhir, Ia juga menekankan baik membawa Al-Qur’an Braille maupun metode hapalan, proses penilaian peserta tetap sama.
“Ini adalah kekhususan bagi peserta tunanetra, karena ada yang hanya hapal dan tidak bisa membaca Al-Qur’an Braille,” tutup Yuliansyah. (nta)