
SAMARINDA – Penertiban badut yang biasanya memenuhi beberapa ruas jalan di Kota Samarinda harus dilakukan secara bijak. Sebab para badut ini hanyalah warga yang mencari penghidupan. Pemerintah pun diharapkan bisa memberi solusi jika “piring nasi” mereka dihilangkan.
Anggota DPRD Samarinda Sani Bin Husain mengatakan, penertiban badut tanpa dibarengi solusi dari pemerintah hanya akan mendatangkan masalah baru di kota ini. Terkhusus angka kemiskinan dan pengangguran pun akan bertambah.
“Munculnya badut di pinggir jalan itu hanya efek dari orang untuk mencari uang, lapangan kerja tidak ada, dan sekarang kostumnya dimusnahkan,” ucap Sani.
Apalagi, timpal Sani, para badut ini pun harus mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk membeli perlengkapan mereka. Ibarat jatuh dan tertimpa tangga pulak, begitu juga nasib badut yang tak hanya kehilangan pekerjaan namun juga rugi karena alat mata pencarian mereka ikut dimusnahkan pemerintah.
“Kalau memang tidak boleh jadi badut, lalu mereka disuruh jadi apa. Kita boleh memusnahkan barang-barang orang, tetapi harus kita (pemerintah) ganti dong. Misalnya difasilitasi menjadi penjual gorengan, UMKM, atau lapangan kerja lain,” imbuhnya.
Sani pun meminta agar pemerintah mengkaji ulang kebijakan penertiban badut badut ini. Sebab, mereka murni hadir hanya untuk bertahan hidup, beda dengan para penjual miras yang nyata merugikan masyarakat.
“Jadi untuk badut ada tiga hal, dibina, diberikan peluang kerja, dan atau dikasih alternatif mereka ingin bekerja apa. Jangan-jangan ada seorang bapak yang mencari nafkah untuk anaknya,” tutup Sani. (ded)