Survei Satu Tahun Kepemimpinan Edi-Rendi di Kukar, Ini Pendapat Masyarakat

Proyek Strategis Edi-Rendi Bangun Jembatan Sebulu Jangkau Tiga Kabupaten Sekaligus
Bupati Kukar Edi Damansyah dan Wabup Kukar Rendi Solihin. (FB Edi Damansyah)

MASA kepemimpinan pasangan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah dan Rendi Solihin telah menginjak usia satu tahun. Masyarakat Kukar tampaknya cukup puas selama setahun kepemimpinan Edi-Rendi tersebut.

Survei Litbang Komparasinews pada pertengahan Februari 2022 mengungkap kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Edi-Rendi mencapai 67 persen dengan predikat “Cukup Puas”. Sedangkan 28 persen menyatakan “Kurang Puas” dan 5 persen lainnya “Tidak Puas”. Yang menjadi catatan kritis, publik tidak memberikan label “Puas” dan “Sangat Puas” terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam periode 1 tahun terakhir.

Meskipun pada satu sisi, hal ini di cukup wajar mengingat periodisasi Pemerintahan Kabupaten Kukar di bawah Edi-Rendi baru berjalan satu tahun dalam kondisi Pandemi Covid-19 yang memaksa adanya rekonsiliasi dan restrukturisasi baik dari segi budgeting maupun implementasi.

Survei ini sendiri dilakukan melalui metode simple random sampling, dengan pengambilan data dilaksanakan 11 sampai 19 Februari melalui wawancara via telepon kepada sejumlah reponden.

Berdasarkan penyusunan profil dan demografi responden, kelompok terbanyak adalah kelompok respondenmilenial dengan rentang usia responden terbanyak berusia 20 sampai 25 tahun (milenial) sebesar 60 persen dari total responden dan tingkat pendidikan rata-rata SLTA/sederajat (73.8 persen) dimana saat ini masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi (58%). Sementara lainnya merupakan pegawai swasta sebesar 22 persen, IRT 8 persen, wiraswasta 5 persen, ASN 5 persen dan lainnya 2 persen.

Temuan survei meliputi angka tingkat pengetahuan masyarakat terhadap 10 program unggulan “Kukar Idaman” dimana mayoritas sebanyak 77 persen menjawab “mengetahui” terkait program-program tersebut, sementara sisanya 33 persen mengaku “tidak mengetahui” terkait program unggulan Kukar Idaman.

Temuan berikutnya, diketahui sebanyak 62 persen responden menganggap program unggulan “Kukar Idaman” telah berjalan. Sementara 38 persen sisanya menjawab tidak berjalan. Lebih jauh dalam angka penilaian publik secara detail terkait satu persatu program unggulan “Kukar Idaman”, program “Kukar Kaya Festival” dianggap sebagai program yang paling berhasil untuk dilaksanakan (61,6 persen), diikuti program “Disapa” (41,7 persen) dan “Beasiswa Idaman” (40 persen).

Sedangkan program yang dipandang publik tidak berjalan yaitu program “Kukar Siap Kerja” (13,6 persen) dan “Kukar Berkah” (10 persen). Pada angka kepuasan, publik juga menilai program “Kukar Kaya Festival” sebagai program kerja paling memuaskan (56.7 persen), diikuti “Beasiswa Idaman” (40 persen), dan program “Disapa” serta “Kukar Peduli Lingkungan” (masing-masing 36.7 persen). “Kukar Siap Kerja” adalah program dengan angka kepuasan paling rendah (1.7 persen).

Hal ini wajar menjadi perhatian kritis responden, karena dapat dilihat secara menyeluruh bahwa perhatian Pemerintah Pusat maupun Daerah saat ini masih terfokus pada perbaikan fondasi ekonomi sebagai langkah exit way Pandemi Covid-19 yang melanda. Namun hal ini dapat menjadi point of interest bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara serta stakeholder lainnya untuk menyusun ulang prioritas program kerjanya.

Baca Juga  Realisasikan Program PTSL, Pemkab Kukar Bagikan 175 Sertifikat Tanah Ke Warga Loa Kulu

Dalam survei ini terungkap pula masalah-masalah terpenting yang membutuhkan penanganan Pemkab. Perbaikan jalan dan konektivitas antarwilayah adalah permasalahan yang dipandang responden sangat penting ditindaklanjuti Pemkab Kukar saat ini (38.3 persen), diikuti pembangunan Indeks SDM yang berdaya saing (21.7 persen), dan fasilitas pendidikan beserta pendukungnya (20 persen).

Dua permasalahan yang disampaikan berdasarkan sudut pandang responden tersebut merupakan bagian di dalam pokok pikiran “Kukar Idaman” yang memang menjadi prioritas. Perbaikan jalan dan masalah konektivitas wilayah tersebut akan menjadi kunci bangkitnya ekonomi pembangunan berbasis masyarakat sesuai cita-cita tagline “betulungan”.

Pada temuan terkait penggunaan media sosial sebagai sarana mensosialisasikan program kerja dan kegiatan perangkat daerah, sebagian besar responden mengganggap, aktivitas media sosial Kepala Daerah cukup berpengaruh secara efektif (88 persen) dalam menyosialisasikan program kegiatan dan program kerja lainnya ataupun sebagai wahana menyosialisasikan kebijakan. Sementara itu, 12 persen lainnya beranggapan hal tersebut berpengaruh namun kurang efektif.

Kesimpulannya, mayoritas responden atau sebesar 77 persen mengetahui tentang 10 program prioritas “Kukar Idaman” tersebut dengan angka persepsi sebesar 62 persen menilai program tersebut telah berjalan. Akan tetapi pada uraian program secara detail persepsi publik terhadap berjalan atau tidaknya program Pemkab tersebut masih cukup rendah, dengan rata-rata di bawah 50 persen. Program “Kukar Siap Kerja” justru hanya sebesar 13.6 % dalam penilaian publik telah berjalan.

Angka kepuasan terhadap keseluruhan program kerja dapat dikatakan berada pada level cukup memuaskan jika kita mengomparasikan kondisi yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini yang tengah bekerja di tengah Pandemi Covid-19 secara global yang memaksa semua sektor melakukan rekonsiliasi dan restrukturisasi tersebut. Pada titik ini Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pantas mendapatkan sedikit achievement tersendiri terkait angka kepuasan kinerja tersebut.

Pada sudut pandang lainnya dalam konteks penilaian kinerja satu tahun periode Edi-Rendi, Dosen FISIP Unikarta Tenggarong Suria Irfani menyebut sejauh ini berbagai perencanaan yang dimuat dalam RPJMD memang harus diakui cukup menjanjikan. Di mana berbagai sektor telah memiliki target dengan indikator yang terukur.

“Namun demikian dalam konteks implementasi, atau eksekusi kebijakan, suka tidak suka, harus diakui bahwa dalam satu tahun periode kepemimpinan Edi-Rendi, belum ada yang sungguh-sungguh signifikan realisasinya,” sebutnya.

Suria mencontohkan, belum ada program unggulan seperti apa yang saat ini sudah benar-benar terlihat dalam pengelolaan pertanian berbasis potensi unggulan daerah. Program Pertanian Berbasis Kawasan dan Program Hilirisasi Produk Pertanian belum menunjukkan tanda-tanda yang signifikan dalam realisasinya.

Baca Juga  Kasus Campak Kaltim Meningkat, Suspek Terbanyak dari Samarinda dan Kutim

“Kita juga belum melihat gebrakan yang ekstra terhadap peningkatan daya saing pariwisata daerah dengan berbagai program yang telah direncanakan seperti ‘Kukar Kaya Festival’ dan lain-lain,” terangnya.

Satu tahun pemerintahan Edi-Rendi, menurut Suria, masih sangat lemah dalam implementasi kebijakannya. Dengan kata yang lebih mudah dipahami, eksekusi kebijakannya berjalan lamban. Contoh sederhana misalnya, baru-baru viral berita kerusakan parah akses jalan menuju tiga kecamatan paling hulu di wilayah Kukar, yaitu Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang.

“Namun dalam praktiknya, penanganan kerusakan jalan tersebut terkesan dibiarkan atau setidak-tidaknya berjalan sangat lamban. Di mana seakan-akan tanggung jawab perbaikan jalan tersebut diserahkan kepada pihak kecamatan bahkan pemerintah desa,” bebernya.

Sementara di sisi lain jika melihat salah satu misi Edi-Rendi di dalam RPJMD, imbuh Suria, jelas bahwa meningkatkan kualitas layanan infrastruktur dasar dan konektivitas antarwilayah menjadi salah satu misi prioritasnya. Dengan kata lain menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Edi-Rendi.

“Ini yang kemudian menjadi tanda tanya, sejauh mana relevansi sisi perencanaan dengan sisi implementasinya? Belakangan, barulah kemudian akhirnya Pemkab memutuskan untuk melakukan perbaikan jalan tersebut dengan cara menutup total akses jalan tersebut agar perbaikan menjadi maksimal, yang sebelumnya itu tidak dilakukan dengan segera,” tandasnya.

Meski begitu Suria menggarisbawahi bahwa penilaian ini baru sebatas dalam kurun waktu satu tahun jalannya pemerintahan Edi-Rendi. Karena itu masih ada waktu untuk mewujudkan “Kukar Idaman” hingga 2024, sebagai tahun terakhir kepemimpinan keduanya.

“Jika keduanya ingin tetap lanjut pada periode berikutnya, artinya ingin maju lagi dalam kontestasi pilkada Tahun 2024 nanti, maka menuntaskan semua janji politiknya hingga akhir periode kepemimpinannya pada tahun 2024 nanti menjadi sebuah keharusan. Karena di situlah masyarakat akan menilai komitmen dan konsistensi janji politik mereka berdua,” tegasnya.

Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kukar Ahmad Yani mengatakan, kepemimpinan Edi-Rendi selama setahun ini belum seluruhnya maksimal, lantaran masih tahap persiapan. Dia meminta Pemkab Kukar pada 2022 ini harus memilki progres dengan capaian target.

“Kami harap terprogres sekira 30 sampai 50 persen setiap tahunnya,” ujarnya.

Politisi PDI-Perjuangan ini juga menegaskan program-program ekonomi kerakyatan harus direalisasikan segera. Seperti halnya program Rp 50 Juta Per RT, pembangunan infrastruktur, bantuan UMKM, dan lainnya.

“Kami seratus persen mendukung program pemerintah. Tidak ada upaya menghambat, tetapi tetap kami evaluasi melalui APBD,” kata Yani.

Sementara itu Anggota DPRD Kukar lainnya Firnadi Ikhsan menyebut kepemimpinan Edi Damasnyah dan Rendi Solihin yang baru berusia setahun ini dinilai sangat baik. Terutama dalam janji politiknya saat masa kampanye seperti “Kredit Kukar Idaman”, pengembangan infrastruktur pertanian dalam arti luas, konektivitas jalan yang menghubungkan tiap kecamatan.

Baca Juga  Raih WTP Ke-9 Kalinya, Wali Kota Samarinda Siap Tindak Lanjuti Catatan BPK

“Jadi itu bukti pemerintah berusaha menepati janjinya. Adapun kekurangannya saya rasa penataan birokrasinya ya supaya bisa gerak cepat,” kata politisi PKS ini.

Firnadi juga berharap di 2022 ini akan ada banyak lagi program yang bisa terealisasi. DPRD dalam hal ini akan mendukung penuh dalam menyukseskan RPJMD 2021-2026 Kukar.

“Ke depan yang terus diperbaiki adalah meningkatkan kualitas komunikasi. Kami DPRD harus bersinergi lagi di lapangan, sehingga capaiannya juga baik kalau kerja bareng,” ungkapnya.

Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara Sunggono menjelaskan tentang evaluasi satu tahun kepemimpinan pasangan Bupati dan Wabup Kukar Edi-Rendi yang membawa semangat visi-misi “Kukar Idaman”. Menurutnya, di awal pemerintahan merupakan masa transisi dari yang disusun Bupati sebelumnya yakni Rita Widyasari dan tim. Hal itu membuat adaptasi program Kepemerintahan yang sekarang harus melanjutkan dan mengembangkan lebih baik.

Dijelaskan, ada 23 program dedikasi yang tertuang dalam visi-misi “Kukar Idaman” yang sudah berjalan setahunan ini. Namun Sunggono mengakui belum menjalankannya sepenuhnya, karena masih dalam tahap penyusunan.

“Karena masih dalam masa transisi, jadi tahun 2021 kemarin kami fokus perencanaannya dahulu. Memang butuh waktu agar kita bisa menerjemahkan dengan baik visi misi Pak Edi-Rendi,” katanya.

Sunggono memaparkan, dari seluruh program dedikasinya, pada 2022 ini akan memaksimalkan kesempatan yang ada. Dalam merealisasikannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Efektifnya memang tahun 2022 ini untuk mulai RPJMD 2021-2026. Hingga tingkatan ke bawah sampai level kelurahan dan desa akan kami maksimalkan,” lanjutnya.

Meski menurutnya setahun belakangan ini masih banyak disibukkan dalam tahap perencanaan, tetapi sudah ada sebagian program dalam “Kukar Idaman” seperti program Terang Kampoengku, instalasi air bersih, listrik 24 jam di beberapa desa dan konektivitas jalan yang dibangun.

Dia juga memanfaatkan berbagai platform media sosial dan pertemuan forum-forum dalam menyosialisasikan kinerja pemerintah ke depan. “Setiap kesempatan yang ada kami akan memberi edukasi pemahaman tentang visi-misi yang sudah selesai disusun,” tegas Sunggono. (zu/man)